Paragraf Pertama dan Akal-Akalan Redaktur Media
Gambar : Jessica Lewis - Unsplash |
"Jika paragraf lead tidak menarik, kemungkinan besar pembaca tidak akan melanjutkan apalagi menyelesaikan bacaannya sampai akhir. Sebaliknya, bila paragraf lead menarik maka kemungkinan besar pembaca akan meneruskan bacaannya."
Semisal dibuatkan peringkat, paragraf lead ini adalah elemen terpenting kedua setelah judul. Oleh karena itu sangat penting bagi penulis untuk bisa membuat paragraf pertama yang menarik dan langsung memikat hati pembaca.
Lalu bagaimanakah cara membuat paragraf lead yang baik, agar pembaca betah meneruskan membaca?
Kira-kira tips seperti itulah yang kerap saya dengar dari guru kelas menulis saat sedang mencuci otak peserta di kelasnya. Mereka selalu meyakinkan peserta kelas menulis bahwa paragraf pertama dalam tulisan itu penting. Bahwa paragraf pertama itu adalah keutamaan dalam tulisan.
Padahal nyatanya nggak juga.
Saya tidak mengatakan bahwa paragraf pertama dalam tulisan itu ndak penting sama sekali ya. Paragraf pertama itu penting, tapi hanya untuk sebagian orang saja, seperti dosen, guru kelas menulis, atau para punggawa redaksi media.
Saya kasih tahu alasannya, kenapa mereka mengganggap paragraf pertama itu penting.
Jadi setiap hari pekerjaan mereka-mereka ini adalah menyeleksi tulisan, dari para siswa, atau penulis yang mengirimkan tulisan ke redaksi media. Tidak mungkin mereka akan menghabiskan waktunya seharian untuk membaca semua tulisan yang dikirim.
Bayangkan sebuah redaksi media massa bisa menerima ratusan bahkan ribuan tulisan lho, apalagi media sekelas cangkeman. *uhuk*
Nah, membaca judul dan paragraf pertama saja, akan mempermudah guru kelas menulis dan redaktur untuk mensortir tulisan dalam waktu singkat. Padahal sebenarnya belum tentu juga paragraf pertama itu bakal mempengaruhi keputusan pembaca untuk melanjutkan bacaannya.
Mereka belum pernah saja bertemu dengan orang yang membaca tulisan dari bawah ke atas, atau orang yang membacanya melompat-lompat langsung menuju kesimpulan.
Saya curiga, keutamaan paragraf pertama itu cuma akal-akalan guru kelas menulis yang bersekongkol dengan redaktur media saja. Guru kelas menulis seenaknya bikin formula dan aturan menulis. Sementara redaktur seenaknya saja mensortir tulisan.
Tapi, tidak ada yang peduli saat peserta kelas menulis, yang termakan akal-akalan itu, berjuang mati-matian agar sukses membikin judul dan paragraf pertama yang menarik. Sampai-sampai kehabisan ide dan tenaga untuk meneruskan membuat isi tulisan mereka agar juga jadi menarik.
Ibarat sudah bikin landing page situs web agar terlihat sempurna, tapi melupakan fungsi lainnya. Amburadul.
Begitulah akal-akalan redaktur media dan guru menulis untuk mempermudah pekerjaan mereka.
Dan beginilah akal-akalan saya untuk menyingkirkan pesaing lain di meja redaksi Cangkeman.
Penulis yang tinggal di Surabaya. Blognya dumskrol.wordpress.com tampaknya masih aktif. Kabarnya dia Cuma punya 1 akun medsos, yaitu twitter.com/dumskrol

Posting Komentar