Kumpulan Strategi untuk Menikmati Patah Hati

Penulis:    Siti Nurkhalishah
Editor:      Susi Retno Utami

Cangkeman.net - Patah hati merupakan hal yang bisa dialami oleh semua kalangan. Mulai dari anak-anak, hingga orang dewasa. Anak-anak merasakan patah hati, misalnya saat orang tua tidak mengizinkan mereka membeli mainan. Remaja merasakan patah hati saat gagal masuk ke sekolah favorit. Orang dewasa merasakan patah hati saat ditolak sebuah pekerjaan. Bisa dibilang, patah hati sejenis ini merupakan makanan sehari-hari.

Namun, bagaimana dengan jenis patah hati di dalam hubungan percintaan? Jenis patah hati ini hanya bisa dirasakan oleh beberapa kalangan saja, dan datangnya tidak sering. Itulah mengapa saya menyebutnya sebagai momen langka.

Ada banyak kejadian patah hati di lingkungan saya yang kemudian dihadapi dengan perasaan denial dan terpaksa, seolah tidak terjadi apa-apa. Kata mereka yang mengalami, patah hati itu rasanya sakit sekali. Mereka tidak hanya kehilangan orang yang dalam kurun waktu tertentu sudah menemani, tetapi juga harus memulai kembali dan beradaptasi dengan tiadanya orang tersebut. Tapi, alih-alih segera menyembuhkannya, jangan-jangan kita perlu merasakannya dulu?

Saya sebagai penulis yang pernah mengalami patah hati, ingin menuangkan beberapa hal yang perlu diingat ketika patah hati datang menemui. Menurut saya yang kini telah menerima kejadian patah hati, ada beberapa strategi untuk ‘menikmatinya’, yakni:

1. Lihat Sisi Positif

Pernah dengar ujaran, “Segala sesuatu pasti ada kurang dan lebihnya” belum? Maksud dari ujaran tersebut tidak hanya tentang kebaikan dan keburukan. Tetapi juga tentang manfaat dan mudarat, serta positif dan negatif. Begitu juga dalam hal menjalin hubungan. Ketika peristiwa putus terjadi, pasti ada manfaat dan mudaratnya.

Perasaan kacau, sedih, dan gelisah tidak dapat terhindarkan. Kehilangan seseorang yang kita sayang bukanlah hal yang biasa saja. Surutnya semangat belajar, beraktivitas, dan hilang nafsu makan adalah contoh mudarat dari patah hati. Membuka mata di pagi hari saja, rasanya seperti hilang dalam gelap. Tapi coba lihat, matahari diam-diam masuk dan bersembunyi di balik jendela. Artinya, masih ada harapan.

Namun, saya sering mengamati beberapa teman yang sudah patah hati, tidak jarang menjadi lebih baik dari diri mereka yang sebelumnya. Mereka meraih rangking atas, karena berhasil memperbaiki pola belajar yang sebelumnya berantakan sebagai akibat dari fokus yang terbagi. Dari yang sebelumnya datang ke perpustakaan untuk menemui pasangannya, menjadi benar-benar membaca buku dan memahaminya.


2. Evaluasi Penyebab Berakhirnya Hubungan

Setelah hal yang kurang baik terjadi, ambil jeda dan lakukan evaluasi. Beberapa teman saya memutuskan untuk memblokir mantan pasangannya agar berhenti dari mengingat hal-hal menyenangkan yang sudah dilalui bersama. Entah nantinya blokir itu akan dibuka atau malah berlangsung selamanya, itu hak siapa saja. Bisa jadi setelah memblokir dan tidak lagi berkomunikasi, akan tersadarkan apa penyebab berakhirnya suatu hubungan.

Penyebab ini bisa berasal dari dirimu ataupun pasangan. Jika berasal dari pasangan, maka tidakkah justru berakhirnya hubungan adalah jalan keluar? Namun jika berasal darimu, gunakan itu sebagai pegangan bahwa di hubungan selanjutnya hal ini tidak boleh terulang.


3. Terima dan Maafkan Diri Sendiri

Saat menjalani hubungan yang sedang menyenangkan, rasanya segala kebahagiaan munculnya dari pasangan seorang. Orang lain di sekitar hanyalah sebuah ornamen yang jika tidak ada pun, tidak mengapa. Sehingga kala itu, banyak yang terlena dan berpikir bahwa tanpa kehadiran dia, bahagia akan sirna. Tidak mengapa jika kamu pernah atau sedang mengalami itu. Saya rasa itu wajar, karena ibarat kanvas putih yang kemudian diberi pewarna, ia yang sebelumnya bukan apa-apa kini berubah menjadi barang berharga karena indah dipandang mata.

Lalu ketika dia yang terbiasa membawa bahagia lantas hilang, akan menjadi ibarat seorang yang dengan sengaja merusak keindahan. Mencorat-coret semua sisi dengan cat hitam legam, hingga kanvas putih itu menjelma arang. Api terpantik dari bara yang asalnya dari perasaan yang masih menyala-nyala. Tapi, bukannya sebelum dia hadir, hidupmu tetap berjalan sebagaimana mestinya? Coba tanyakan pada diri sendiri, sebelum dia datang apakah bab-bab dalam hidupmu akan terus berjalan, meski alur dan tokohnya berbeda dengan yang sekarang?

Pastikan bahwa tidak ada penyesalan dan perasaan menyalahkan diri sendiri. Karena yang menulis buku kehidupanmu bukanlah dirimu. Tidak semua bisa sesuai dengan rencana dalam skenariomu. Maka tetaplah baik kepada diri sendiri, apapun yang terjadi. Kamu pemilik sekaligus pemeran utama dalam buku kehidupanmu. Namun kalau masih ada rasa bersalah, pelan-pelan maafkan dan peluk kembali dirimu.

4. Kalau Kamu Masih Mencari Sosok Dia, Tidak Mengapa

Sepulang kampus biasanya menunggu notifikasi kabar pasangan, sedang apa di mana, kini hanya menikmati notifikasi grup mata kuliah yang isinya tugas melulu. Yang biasanya saling berbalas story, kini seolah berteman dengan orang yang tak dikenal dan menjadi canggung. Menurut saya, tidak harus langsung menolak keinginan hati untuk mencari. Semakin kamu menolak perasaan itu alias denial, maka hatimu akan terus mendobraknya.

Jika ingin diubah, coba mulai dengan mengambil langkah kecil agar tidak terbebani. Misalnya, dari yang kemarin selalu stalking semua media sosial pasangan, coba pilih hanya satu media saja. Atau setidaknya kurangi waktu stalking itu. Maka lama-kelamaan akan biasa saja rasanya saat tidak stalking. Tepat seperti kata orang bijak, “Hal besar dimulai dari langkah kecil yang sungguh-sungguh”.


5. Jadikan Momen Bertumbuh dan Berkarya

Saya yakin, menjalani hubungan tidak hanya menerima kehadiran seseorang, tetapi juga sekaligus menambah pupuk dan tumbuh bersama. Namun setelah pupuk itu tiada, setelah batang itu patah, yakinlah bahwa tumbuh merupakan sebuah niscaya. Saya pernah mendengar lagu ciptaan Banda Neira yang berjudul “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti”. Lagu itu menjelaskan bahwa di fase sakit, masih ada harapan sembuh. Dan di fase terendah, masih ada harapan bangkit.

Idola saya, Fiersa Besari, sering bercerita di kanal YouTube-nya tentang pengalaman patah hati terberat yang pernah dirasakan. Kejadian ini membuat dirinya mengasingkan diri dengan berkelana ke beberapa pulau di Indonesia. Tempat-tempat baru, dia datangi. Orang-orang baru, dia temui. Pengalaman-pengalaman baru, dia pelajari. Hingga pada akhirnya dia memilih bangkit dan berkarya. Mulai dari membuat lagu-lagu sampai menulis buku yang saat ini terus eksis serta digemari.

Tidak banyak yang saya ingin pembaca dapat ambil dari tulisan ini. Hanya saja, penulisan artikel ini bertujuan agar siapapun yang patah hati tidak pernah menganggap bahwa ini adalah akhir dari cerita. Saya percaya, siapapun tidak akan bisa mengubah alur dari kisah kehidupan yang telah ditulis sedemikian rupa, kecuali mereka diizinkan menjadi penulis kedua. Semuanya tentang pilihan, dan pilihan itu dirimu sendiri yang menentukan.
 

Siti Nurkhalishah
Melati Putih Pulau Garam, Bibliofili Penyusur Isi Kepala. Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Penulis puisi terpilih Lomba Menulis Puisi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Shinings Media (2019). Kontributor dalam antologi cerpen bertema Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (2021). Artikel 5 Privilese Orang Desa yang Nggak Dimiliki Orang Kota terbit di Mojok (2022).