Rest Area
![]() |
Tempo.co |
Oleh: Susi Retno Utami
Linimasa dalam mayaku
penuh sekali oleh matamu,
hidungmu, genggangmu,
bahkan bau mulutmu.
Iya, bau mulut yang
menenggelamkan
warasku dalam lautan
keangkuhanku.
Sampai buta terulang
dua dalam sehari, sampai
pula aku kian larut pada
untaian corak kosongmu.
Linimasaku pun menjelma
telanjang estetis, hobi pakai
baju mistis, hanya demi
melarikan narsis.
Yang berpentas berbahagia,
bersandiwara tapi dipuja.
Aku terseret, sampai lupa
maya minim berkarib nyata.
Nyataku terbentur di
kepalaku yang keras. Sibuk
pencitraanku, kaubalas kata
'putus' tanpa secuil kasus.
2023.
Linimasa dalam mayaku
penuh sekali oleh matamu,
hidungmu, genggangmu,
bahkan bau mulutmu.
Iya, bau mulut yang
menenggelamkan
warasku dalam lautan
keangkuhanku.
Sampai buta terulang
dua dalam sehari, sampai
pula aku kian larut pada
untaian corak kosongmu.
Linimasaku pun menjelma
telanjang estetis, hobi pakai
baju mistis, hanya demi
melarikan narsis.
Yang berpentas berbahagia,
bersandiwara tapi dipuja.
Aku terseret, sampai lupa
maya minim berkarib nyata.
Nyataku terbentur di
kepalaku yang keras. Sibuk
pencitraanku, kaubalas kata
'putus' tanpa secuil kasus.
2023.

Posting Komentar