Di Sulawesi Selatan, Punya Pasangan Belum Tentu Bisa Menikah
![]() |
Lood Goosen on Pexels |
Penulis: Natacia Mujahidah
Editor: Fatio Nurul Efendi
Cangkeman.net - “Kapan nikah? teman-teman sebaya mu udah pada nikah loh”
“Kenapa sih belum nikah? Belum punya calon ya?”
“Udah punya pasangan gitu, cepet-cepet lah di halalin” adalah pertanyaan-pertanyaan template yang sering dipakai sebagai bahan basa-basi oleh kebanyakan manusia yang sudah menikah kepada orang-orang yang masih melajang.
Bagi sebagian orang keputusan untuk belum menikah sendiri tidak bisa diartikan atau dimaknai sesederhana “belum punya calon atau pasangan” saja. Memang benar, punya pasangan menjadi hal penting yang harus dimiliki sebelum menikah, namun lebih dari itu ada banyak faktor yang bisa melatar belakangi seseorang untuk memutuskan belum menikah.
Beberapa teman saya memutuskan untuk belum menikah karena merasa mental mereka belum siap, mereka masih ingin menikmati masa lajang sebab mereka beranggapan jika sudah menikah mereka tidak akan bisa sebebas sebelum menikah.
Ada juga yang belum menikah karena belum siap secara finansial. Memang benar Tuhan akan memberikan rezeki untuk tiap-tiap hambanya, kita semua meyakini hal itu tapi tetap saja kesiapan finansial menjadi salah satu hal yang banyak dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menikah. Apalagi fakta yang menyebutkan bahwa perceraian paling banyak terjadi disebabkan karena faktor ekonomi, gimana gak tambah ovt para pemuda ini wkwkkw
Masalah keuangan ini bahkan menjadi salah satu penyebab banyaknya kaum lajang yang belum menikah, khususnya di daerah Sulawesi Selatan. FYI untuk yang belum tahu bahwa di Sulawesi Selatan ada adat atau budaya yang cukup berkaitan erat dengan kemampuan finansial seseorang yang ingin menikah, khususnya bagi laki-laki. Budaya ini disebut dengan uang panai'.
Uang panai' ini diberikan ke pihak mempelai perempuan sebagai uang belanja untuk keperluan pesta pernikahan. Jadi, bukan termasuk ke dalam mahar pernikahan. Belum lagi semakin kesini nominal uang panai' makin fantastis. Duuh bisa dibayangkan beban finansial yang harus ditanggung oleh pihak lelaki.
Lebih ekstrim nya lagi ada juga yang sampai berhutang uang ke bank untuk dijadikan uang panai'. Yaah setiap orang tentu memiliki peertimbangannya masing-masing, emang. Tapi menurut saya, tindakan berhutang untuk pesta pernikahan yang hanya berlangsung sehari semalam itu tidak make sense sama sekali jika dibandingkan dengan keharusan membayar hutang setelah pesta pernikahan selama bertahun lamanya.
Enak sih dapat uang belanja, tapi di satu sisi uang panai' ini terkadang menjadi momok menakutkan bagi sebagian pasangan. Bagaimana tidak menakutkan? Banyak kasus pasangan yang tidak bisa berakhir ke pelaminan karena si laki tidak memiliki uang panai' yang cukup saat pihak perempuan sudah menyuruh untuk datang melamar.
Apalagi jika pihak keluarga mematok uang panai' sekian sedangkan pihak laki-laki tidak mempunyai cukup uang dan kedua belah pihak tidak mencapai titik kesepakatan, bisa jadi lamarannya tertunda atau bahkan tidak diteruskan ke jenjang pernikahan. Yaah uang panaik memang memiliki peran yang krusial dalam menentukan akhir dari perjalanan cinta dua sejoli.
“Yaudah kalau begitu nikah di KUA aja gak usah pesta kan beres?”
Cangkeman.net - “Kapan nikah? teman-teman sebaya mu udah pada nikah loh”
“Kenapa sih belum nikah? Belum punya calon ya?”
“Udah punya pasangan gitu, cepet-cepet lah di halalin” adalah pertanyaan-pertanyaan template yang sering dipakai sebagai bahan basa-basi oleh kebanyakan manusia yang sudah menikah kepada orang-orang yang masih melajang.
Bagi sebagian orang keputusan untuk belum menikah sendiri tidak bisa diartikan atau dimaknai sesederhana “belum punya calon atau pasangan” saja. Memang benar, punya pasangan menjadi hal penting yang harus dimiliki sebelum menikah, namun lebih dari itu ada banyak faktor yang bisa melatar belakangi seseorang untuk memutuskan belum menikah.
Beberapa teman saya memutuskan untuk belum menikah karena merasa mental mereka belum siap, mereka masih ingin menikmati masa lajang sebab mereka beranggapan jika sudah menikah mereka tidak akan bisa sebebas sebelum menikah.
Ada juga yang belum menikah karena belum siap secara finansial. Memang benar Tuhan akan memberikan rezeki untuk tiap-tiap hambanya, kita semua meyakini hal itu tapi tetap saja kesiapan finansial menjadi salah satu hal yang banyak dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menikah. Apalagi fakta yang menyebutkan bahwa perceraian paling banyak terjadi disebabkan karena faktor ekonomi, gimana gak tambah ovt para pemuda ini wkwkkw
Masalah keuangan ini bahkan menjadi salah satu penyebab banyaknya kaum lajang yang belum menikah, khususnya di daerah Sulawesi Selatan. FYI untuk yang belum tahu bahwa di Sulawesi Selatan ada adat atau budaya yang cukup berkaitan erat dengan kemampuan finansial seseorang yang ingin menikah, khususnya bagi laki-laki. Budaya ini disebut dengan uang panai'.
Uang panai' ini diberikan ke pihak mempelai perempuan sebagai uang belanja untuk keperluan pesta pernikahan. Jadi, bukan termasuk ke dalam mahar pernikahan. Belum lagi semakin kesini nominal uang panai' makin fantastis. Duuh bisa dibayangkan beban finansial yang harus ditanggung oleh pihak lelaki.
Lebih ekstrim nya lagi ada juga yang sampai berhutang uang ke bank untuk dijadikan uang panai'. Yaah setiap orang tentu memiliki peertimbangannya masing-masing, emang. Tapi menurut saya, tindakan berhutang untuk pesta pernikahan yang hanya berlangsung sehari semalam itu tidak make sense sama sekali jika dibandingkan dengan keharusan membayar hutang setelah pesta pernikahan selama bertahun lamanya.
Enak sih dapat uang belanja, tapi di satu sisi uang panai' ini terkadang menjadi momok menakutkan bagi sebagian pasangan. Bagaimana tidak menakutkan? Banyak kasus pasangan yang tidak bisa berakhir ke pelaminan karena si laki tidak memiliki uang panai' yang cukup saat pihak perempuan sudah menyuruh untuk datang melamar.
Apalagi jika pihak keluarga mematok uang panai' sekian sedangkan pihak laki-laki tidak mempunyai cukup uang dan kedua belah pihak tidak mencapai titik kesepakatan, bisa jadi lamarannya tertunda atau bahkan tidak diteruskan ke jenjang pernikahan. Yaah uang panaik memang memiliki peran yang krusial dalam menentukan akhir dari perjalanan cinta dua sejoli.
“Yaudah kalau begitu nikah di KUA aja gak usah pesta kan beres?”
Sayangnya menikah di KUA tanpa ada embel-embel pesta pernikahan adalah hal yang hampir tidak pernah ditemui di tanah karaeng ini. Mungkin ada, mungkin bisa, tapi sangat jarang sekali ditemui. Kalaupun ada sepertinya akan tetap memakai uang panai' walaupun dalam jumlah yang tidak banyak. Yaah memisahkan budaya yang sudah mendarah daging adalah hal yang sulit, namun bukan berarti tidak mungkin.
Teman saya dua tahun lalu menikah dan orang tuanya tidak mematok uang panai' pada pihak mempelai laki-laki. Ketika saya tanya mengenai alasan keluarganya melakukan hal yang tidak familiar itu dia menjelaskan kalau orang tuanya paham bahwa mempersulit ibadah (menikah) adalah hal yang tidak baik dan uang panaik adalah budaya bukan syarat sah pernikahan dalam agama kita (Islam). Saya cukup salut dengan keterbukaan pemikiran dalam keluarga mereka.
Tidak ada yang salah dari memutuskan untuk tetap memegang teguh budaya ataupun melakukan toleransi agar sedikit meringankan, keduanya bukanlah hal yang buruk jika kedua belah pihak sama-sama terbuka dan legowo dalam menjalaninya.
Teman saya dua tahun lalu menikah dan orang tuanya tidak mematok uang panai' pada pihak mempelai laki-laki. Ketika saya tanya mengenai alasan keluarganya melakukan hal yang tidak familiar itu dia menjelaskan kalau orang tuanya paham bahwa mempersulit ibadah (menikah) adalah hal yang tidak baik dan uang panaik adalah budaya bukan syarat sah pernikahan dalam agama kita (Islam). Saya cukup salut dengan keterbukaan pemikiran dalam keluarga mereka.
Tidak ada yang salah dari memutuskan untuk tetap memegang teguh budaya ataupun melakukan toleransi agar sedikit meringankan, keduanya bukanlah hal yang buruk jika kedua belah pihak sama-sama terbuka dan legowo dalam menjalaninya.

Posting Komentar